other blog : The Magic of Word

My Other Blog The Magic Of Words

Sabtu, 19 Februari 2011

Bonnie St John Deane : Satu kaki dengan segudang Prestasi



Bonnie St. John Deane seorang wanita afrika – amerika yang di besarkan di rumah sakit dan  hanya berkaki satu karena harus di amputasi , ia bisa belajar main ski. Peluang besar nya datang ketika sebuah akademi ski yang elit di Vermont menerima nya sebagai muridnya, Selama tiga bulan ia mencari hibah, bea siswa, dan sponsor untuk biaya masuk tetapi sia-sia untungnya sang Kepala Sekolah tetap menerimanya. Bertahun-tahun kemudian dia meraih medali perak di Olimpiade Austria. Semenjak itu dia terus memotivasi dirinya dan berhasil meraih gelar  Sarjana Ekonomi dari Harvard serta Oxford, memenangkan beasiswa Rhodes, memenangkan penghargaan sebagai pramuniaga IBM, dan meraih pujian tinggi sebagai pejabat Gedung Putih di Dewan Ekonomi Nasional

“janganlah terperangkap oleh kenyataan anda yang sekarang”  - Bonnie St. John Deane

Sabtu, 12 Februari 2011

Septinus George Saa, putera Papua, pemenang kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics".

Septinus George Saa, seorang putera Papua, memenangi kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics".

Ini adalah perlombaan bergengsi bagi sekolah tingkat menengah seantero jagad selain Olimpiade Fisika. Kompetisi yang digagas Waldemar Gorzkowski 10 tahun silam ini mewajibkan pesertanya melakukan dan menuliskan penelitian apa saja di bidang fisika. Hasil penelitian tersebut kemudian dikirimkan dalam bahasa Inggris ke juri internasional di Polandia. Sementara dalam Olimpiade Fisika, para perserta diwajibkan mengerjakan soal-soal fisika dalam waktu yang sudah ditentukan. Pada kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics" tersebut hasil riset Septinus George Saa tidak menuai satu bantahan pun dari para juri.

Oge, demikian panggilan akrabnya, menemukan cara menghitung hambatan antara dua titik rangkaian resistor tak hingga yang membentuk segitiga dan hexagon. Formula hitungan yang ia tuangkan dalam papernya "Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor" itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri dari 30 ahli fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol medali emas.

Paper Oge yang masuk lewat surat elektronik di hari terakhir kompetisi itu dinilai orisinil, kreatif, dan mudah dipahami. Tak berlebihan jika gurunya Profesor Yohanes Surya mengatakan formula Oge ini selayaknya disebut George Saa Formula. terakhir yang saya tahu dia sudah bekerja di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta

saya sudah pernah ngobrol via chat dengan dia 2 tahun lalu saat dia akan di wisuda dan memberi saya kutipan yang sangat baik
" jangan mau di dekte oleh keadaan, kita lah yang harus mengubah keadaan " - George saa

Jumat, 11 Februari 2011

Seratus tokoh paling berpengaruh di dunia oleh Michael H. Hart


01.Nabi Muhammad 51. Umar Ibn Al-Khattab
02. Isaac Newton 52. Asoka
03 Nabi Isa 53. St. Augustine
04. Buddha 54. Max Planck
05. Kong Hu Cu 55. John Calvin
06. St. Paul 56. William T.G.Morton
07. Ts’ai lun 57. William Harvey
08. Johann Gutenberg 58. Antoine Henri Becquerel
09. Christopher Columbus 59. Gregor Mendel
10. Albert Einstein 60. Joseph Lister
11. Karl Marx 61. Nikolaus August Otto
12. Louis Pasteur 62. Louis Daguerre
13. Galileo Galilei 63. Joseph Stalin
14. Aristoteles 64. Rene Descartes
15. Lenin 65. Julius Caesar
16. Nabi Musa 66. Francisco Pizarro
17. Charles Darwin 67. Hernando Cortes
18. Shih Huang Ti 68. Ratu Isabella I
19. Augustus Caesar 69. William Sang Penakluk
20. Mao Tse-Tung 70. Thomas Jefferson
21 Jengis Khan 71. Jean-Jacques Rousseau
22. Euclid 72. Edward Jenner
23. Martin Luther 73. Wilhelm Conrad Rontgen
24. Nicolaus Copernicus 74. Johann Sebastian Bach
25. James Watt 75. Lao Tse
26. Constantine Yang Agung 76. Enrico Fermi
27. George Washington 77. Thomas Malthus
28. Michael Faraday 78. Francis Bacon
29. James Clerk Maxwell 79. Voltaire
30. Orville Wright & Wilbur Wright 80. John F. Kennedy
31. Antone Laurent Lavoisier 81. Gregory Pincus
32. Sigmund Freud 82. Sui Wen Ti
33. Alexander Yang Agung 83. Mani
34. Napoleon Bonaparte 84. Vasco Da Gama
35. Adolf Hitler 85. Charlemagne
36. William Shakespeare 86. Cyrus Yang Agung
37. Adam Smith 87. Leonhard Euler
38. Thomas Edison 88. Niccolo Machiavelli
39. Antony Van Leeuwenhoek 89. Zoroaster
40. Plato 90. Menes
41. Guglielmo Marconi 91. Peter Yang Agung
42. Ludwig Van Beethoven 92. Meng-Tse (Mencius)
43. Werner Heisenberg 93. John Dalton
44. Alexander Graham Bell 94. Homer
45. Alexander Fleming 95. Ratu Elizabeth I
46. Simon Bolivar 96. Justinian I
47. Oliver Cromwell 97. Johannes Kepler
48. John Locke 98. Pablo Picasso
49. Michelangelo 99. Mahavira
50. Pope Urban II 100. Neils Bohr
                      Tokoh-Tokoh Terhormat Yang Tertinggal
St. Thomas Aquinas Archimedes
Charles Babbage Khufu (Cheops)
Marie Curie Benjamin Franklin
Mohandas Gandhi Abraham Lincoln
Ferdinand Magellan Leonardo Da Vinci

Liz murray : dari jalanan hingga ke Harvard University

Ini bukan sinetrLiz Murray, dari Jalanan sampai Kuliah di Harvardon atau film. Ini adalah sebuah cerita sukses yang telah menginspirasi banyak orang dalam menghadapi kehidupan.

Cerita ini datangnya dari Elizabeth (Liz) Murray.

Liz Murray dahulu hanyalah seorang wanita muda yang hidup di jalanan kota New York, kota megapolitan di Amerika Serikat yang terkenal dengan tingkat kriminalitasnya yang tinggi.

Namun siapa sangka, ternyata ia bisa lulus dari Harvard University, tampil di Oprah Winfrey Show, dan kisahnya menjadi sebuah film televisi yang memenangkan penghargaan.

Kisah Liz Murray ini hampir sama dengan Frank O’dea, mantan tuna wisma yang kini menjadi pengusaha bisnis kedai kopi di Kanada.

Bedanya, Liz menjadi tuna wisma karena memiliki orang tua yang kecanduan obat-obatan, sementara Frank karena dirinya sendiri yang kecanduan minuman keras. Keduanya menggunakan kisah luar biasa mereka untuk menginspirasi orang lain.

Liz Murray sendiri saat ini memang menjadi seorang pembicara motivasi, tapi siapa sangka kalau dahulunya ia sering mencuri buku-buku pengembangan diri seperti milik Tony Robbins dan Stephen Covey?

Ya, itu memang benar-benar terjadi, sampai akhirnya Liz bisa bertemu langsung dengan Stephen Covey.

Wanita yang lahir tahun 1980 ini kehilangan ibunya di tahun 1996 karena HIV/AIDS. Setelah itu, ia pun tak memiliki tempat tinggal lagi, dan ayahnya pindah ke tempat penampungan tuna wisma.

Kejadian tersebut justru membuat Liz semakin ingin mengubah hidupnya. Meski tak memiliki tempat tinggal dan hidup di jalanan kota New York, Liz tetap berniat untuk bersekolah di SMA dan sekaligus menghidupi adiknya.

Liz bahkan bisa menyelesaikan SMA hanya dalam waktu dua tahun, dan mendapat beasiswa dari The New York Times untuk melanjutkan kuliah di Harvard University, sebuah universitas terkemuka tempat orang-orang sukses pernah belajar, seperti Bill Gates (Microsoft) dan Conan O’brien (pembawa acara dan komedian).

Namun, pada tahun 2003, Liz memutuskan untuk keluar dari Harvard dan pindah ke Columbia University agar bisa lebih dekat dengan ayahnya. Ketika ayahnya meninggal karena HIV/AIDS, Liz pun kembali ke Harvard di tahun 2008, dan kerja kerasnya berbuah manis ketika di tahun 2009 ia berhasil meraih gelar dalam bidang psikologi.

Apakah yang membuatnya bisa mengalahkan semua kesulitan yang ia temui?

Komitmen.

Liz mengatakan dalam sebuah wawancara di Success Magazine bahwa:

"Sebelum saya mengalami perubahan ini, saya selalu memiliki ilusi yang saya sebut jika-begini-maka-begitu. Jika saya menemukan tempat yang tenang, maka saya akan belajar. Jika saya punya uang, maka saya akan sekolah. Kita hanya melakukan itu jika tak memiliki komitmen nyata untuk tujuan kita. Kita mengatakan, "Saya berkomitmen...kecuali.' Ada perbedaan besar antara hal tersebut dan komitmen mutlak. Komitmen mutlak berarti Anda akan bekerja di sebuah lorong."

Ya. Ketika masih sekolah, Liz memang belajar di lorong tempat tinggal temannya di Bronx. Ia menyebar buku-bukunya di sana, dan mulai belajar dalam keheningan.

Kisahnya yang begitu inspiratif akhirnya menarik media untuk mempublikasikannya, termasuk ratu talk show dunia, Oprah Winfrey. Film televisi berdasar kisah nyatanya pun telah dibuat di tahun 2003 dengan judul “Homeless to Harvard”, yang berhasil mendapat nominasi Emmy Awards, serta sebuah penghargaan dari American Cinema Editors.





sumber www.justelsa.com

“..ketika perubahan terjadi pada diri saya, saya bisa membuat perubahan pada hidup." – Liz Murray

Selasa, 08 Februari 2011

TERIMAKASIH AYAH

     Hatiku tersentak, mengetahui kau lebih dulu pergi. Ayah dalam lubuk hatiku terdalam aku masih ingin kau tetap bersama kami melihat saya dan adik-adik tumbuh menggendong cucu kami untuk mu. hari ini adalah hari terburuk dan juga akan menjadi  awal bagi kami untuk terus melanjutkan hidup dengan tetap menanamkan nasehat dan semangat mu.

    Tak cukup waktu untuk terus menangisi kepergian mu, dan tak cukup banyak air mata ini tuk terus mengalir , tapi ayah kami akan selalu mengingat engkau bukan hanya dalam tangis .canda dan tawa akan menjadi "candu" kami untuk terus menjalani hidup tanpa mu. segala sesuatu yang telah kau perjuangkan dan korbankan selama hidup untuk kami tidak akan dapat terurai, mungkin hanya dapat di wakilkan dengan kata

" TERIMAKASIH AYAH"

rest in peace